Jodhaa-Akbar adalah film
Jodhaa Akbar berkisah tentang cinta yang nyaris tak terungkap, antara penguasa Mughal, Kaisar Jalaluddin Mohammad Akbar (Hrithik Roshan), dengan Puteri Jodhaa (Aishwarya Rai), dara Rajput yang cantik, cerdas dan berapi-api. Film yang berlatarkan peristiwa di abad ke 16 di India ini bertumpu pada perkawinan politis antara dua kerajaan dengan dua budaya yang berbeda, untuk membentuk aliansi baru. Penguasa Rajput, Raja Bharmal (Kulbhushan Kharbanda) yang Hindu, sepakat memberikan puterinya untuk dipersunting oleh Kaisar Akbar yang Muslim. Sang kaisar yang masih muda ini tadinya hanya terpikat oleh kecantikan puteri Jodhaa semata. Dia sama sekali tak menyadari, bahwa hubungan ini akan membawanya pada pengalaman hidup yang baru, yang sama sekali tak pernah diduga sebelumnya
Pada dasarnya Jalaluddin muda adalah lelaki pemberani. Ketangguhannya di
Sebagai orang yang sejak kanak-kanak mendambakan posisi sebagai penguasa tertinggi, Jalaluddin Mohammad Akbar menampilkan citra sepenuhnya sebagai penguasa yang memandang keberhasilan dengan seberapa jauh dia bisa memperluas wilayah kekuasaannya. Dari kawasan Asia Barat, dia terus melebarkan sayap ke wilayah timur, menaklukkan kerajaan kecil yang ada di
Walau begitu, kebesaran Akbar masih mendapat tantangan. Di depannya masih ada Rajput, benteng Hindu terkuat yang masih tersisa. Raja Bharma, walau menyadari bila kerajaannya tak bisa menandingi mesin perang Mughal, tak mau menyerah begitu saja, bahkan bertekat melawan sekuat tenaga. Akbar sendiri sebenarnya sudah ‘capek’, dan ingin menikmati masa jeda dengan kehidupan duniawi. Apalagi kerajaan yang telah tunduk mengisi haremnya dengan puteri-puteri
‘Singa betina’ yang dipuja
Dari teks sejarah yang ada, yang berhasil ditemukan oleh Ashutosh Gowariker ( sutradara dan produser film ini ) Akbar tak pernah bertemu dengan Jodha sebelumnya, selain penuturan para penasehatnya bahwa dengan ‘memiliki’ Puteri Jodha, dia tak saja mendapat interi yang cantik dan pintar, namun juga bisa memiliki sebuah kerajaan tanpa harus mengeluarkan tenaga, karena sang puteri adalah belahan jiwa ayahnya. Logika yang diajukan para penasehat Akbar adalah puteri Jodhaa tak ubahnya sebuah cek kosong yang memberi peluang keuntungan luar biasa, baik secara politis atau militer.
“Baginda akan mendapat citra bijaksana seperti nabi Sulaiman, karena melindungi sebuah kerajaan Hindu.Di samping itu, bila kita tak perlu mengerahkan prajurit, amat menghemat biaya pengeluaran perang kita. Sebaliknya hubungan dagang dengan kerajaan Hindu itu menguntungkan kita, karena tak usah pergi jauh untuk mendapatkan barang berharga dari negeri Cina,” begitu usul para penasehat kepada Akbar.
Dalam kenyataan sejarah yang ada, isteri Sultan Akbar ini tak pernah dikenal dengan nama Jodhabai. Penyebutan dengan nama ini baru muncul akibat salah kaprah yang terjadi di abad19. Nama puteri yang cerdas dan pemberani ini sebenarnya adalah Hira-Kunwari, nama yang dipakai saat dia masih gadis.Setelah menikah dengan Sultan yang Muslim, dan permaisuri, namanya berubah menjadi Mariam-uz-Zamani.
Bagi penguasa yang masih muda ini, tak ada salahnya bila dia menempuh jalan yang menguntungkan. Apalagi dia mendambakan pasangan hidup yang tak asal tunduk. Dia mendambakan perempuan yang sepadan bagi penguasa dunia. Seperti Ruksahan (Roxxane), ‘singa betina’yang membuat penguasa mashur Iskandar Zulkarnain yang Agung (Alexander the Great ) bertekuk lutut mencintainya.
Dan lagi, semua tekanan, baik intimidasi militer, berbagai upaya diplomasi hingga teror psikologis yang keji, semua tak berguna bagi benteng Rajput yang bertekat untuk melawan sampai semuanya tumpas. Jodha mau saja berpindah posisi, menjadi pengantin kasisar muda paling berkuasa. Namun dia bukanlah merpati tanpa daya di kamar pengantinnya. Yang ajaib, puteri Jodha – dengan segenar paduan antara kecantikan, kecerdasan dan keberaniannya - menumbuhkan kesadaran Akbar, bahwa meriam dan pedang bukanlah kehebatan sejati para pria.
Maka, sang kaisar, yang kehadirannya di sebuah negeri mampu menimbulkan kepanikan rakyat yang gentar mendengar reputasi militernya, akhirnya bersimpuh di depan pesona sang cinta. Secara seksual dia ditaklukkan Yodha. Dalam kearifan ilmu tata pemerintahan, kekuasaan yang tadinya berlandaskan logika pedang, telah dibelokkan Yodah menjadi kearifan kebijakan pemerintahan ala Sulaiman yang ramah perempuan.
Secara bijak, Yodha tidak berdiri di depan tampuk kekuasaan. “ Telunjuk baginda lah yang memerintah dunia,” katanya secara cerdik memberi persuasi pada sang suami. Namun Yodha terus menunjukkan kekuatan perempuan sebagai insane ciptaan Tuhan, yang sama kuatnya dengan lelaki mana pun. Dia bagaikan sang puteri, yang terus memukai sang Raja dengan kalimat luar biasa, dengan dongeng selama seribu satu malam, yang bisa merubah hasrat pembunuhan menjadi api cinta, yang menyala perlahan dari sebuah bara. Pada akhirnya, Baginda Akbar lah yang mengmis cinta pada Jodha.
Dan happy ending yang terjadi di antara mereka , bukan lagi fiksi. Sejarah sering mencatat penghargaan yang begitu besar dari Sang Penguasa kepada belahan jiwanya. Taj Mahalm yang sebenarnya makam maha indah yang dibangun oleh seorang Raja untuk mengenang permaisurinya,- adalah salah satu contoh yang nyata.
1 komentar:
saya bertemu dengan seorang heru emka sekian minggu yang lalu di sebuah toko vcd di simpang lima, semarang saat sedang melihat-lihat isi vcd beberapa film yang ternyata juga menarik baginya. the sound of music, love in the time of cholera, etc. sempat kehilangan alamat blog dan emailnya. dan saya hanya temukan blognya. hehehe....salam bertemu kembali, pak heru...meski di dunia maya.
tabik,
Metta Dian
Posting Komentar