Sabtu, 12 Januari 2008

Ada Batman di perutmu



Dina tertawa ketika saya melontarkan sebuah joke tentang cecak ( “ Tiga ekor cecak melekat di dinding . Yang dua ekor sedang making love, yang seekor jatuh karena onani, dia lupa memegang dinding “ ). Cewek yang bertubuh sintal ini lantas menghabiskan pizza-nya dan berdiri, sambil berkata “ Udahan ya, aku mau kerja nih.” katanya .Hotpant hipster Dina yang berwarna hitam itu membuat sebagian perut pelatih senam taebo ini nampak indah. Di situlah saya melihat tato Batman.

Saat saya tanyakan apakah itu temporary tattoo, Dina membantah. “ Nggak dong, lihat aja, tato asli kan ? Temenku banyak juga yang punya tato indah.”

“ Lain kali kita ngobrol lagi ya ?,” kata saya.

“ Aah..mau ngomong apaan ?,” katanya.

“ Ngomongin tato.”

Tentu saja Dina bukan satu-satunya wanita bertato. Cewek asal Bandung ini kemudian memperkenalkan saya pada temannya, yang juga senang bila bagian tubuhnya dihiasi tato indah : Bunga mawar, kupu yang mengepakkan sayapnya, gambar puteri duyung, Minnie mouse, juga super hero seperti Spiderman atau Batman, yang menghiasi perut Dina. Wanita penggemar tato ini bisa ditemukan di berbagai kalangan. Ada yang mahasiswi, ibu rumah tangga, karyawati, bahkan eksekutif madya di sebuah bank. Dan tentu saja para artis.

Dekat wilayah pribadi

Aktris Rebecca Tumewu, misalnya, punya tato ikan lumba-lumba di sebelah kanan pusarnya. Tato ini dibuat saat Becky berkunjung ke Bali. Si cantik Nafa Urbah punya tato mawar merah di perutnya. Dan masih banyak lagi. Rudy, jebolan fakultas seni rupa yang asal Semarang, yang pernah membuka studio tato di Bali, bahkan mengaku mentato seorang bintang sinetron di dekat salah satu sudut wilayah pribadinya.

Sekarang tato tak lagi dikaitkan dengan konotasi kelam dunia hitam, karena jenis tato sudah beragam. Bila dulu tato dibuat secara kasar di penjara, kini tato bisa dipesan di berbagai studio tato yang ada di kota-kota besar, dengan bentuk tato yang lebih artistic. Mereka yang ingin punya tato tapi tak mau kulitnya ditembusi jarum mesin tato, bahkan bisa membeli tato temporer yang banyak dijual di Mal Ciputra misalnya. Ini jenis ‘tato bohongan’ yang bisa dibersihkan dalam jangka waktu tertentu.

Ricky, pelajar sebuah SMU di kawasan Tanah Mas, termasuk penggemar tato yang murup sticker ini. “ Selain nampak keren, bisa gonta-ganti, “ ujarnya. Selain Ricky ada juga cewek lain yang menjadi pelanggan tato sementara ini.

Dulu tato kalau tidak dikaitkan dengan para preman, dikaitkan dengan anak jalanan, pemain band, atau mereka yang hidup ‘semau gue’. Tato bahkan pernah diidentikkan dengan sebuah perlawanan gaya hidup, seperti yang ditunjukkan oleh generasi muda AS yang anti Perang Vietnam. Namun sebenarnya sejarah tato jauh lebih tua dari tampilan gaya hidup anak muda tahun ’60-an. Ini terbukti dari munculnya berbagai kajian khusus tentang tato, yang diterbitkan dalam bentuk buku referensi. Di antaranya adalah Tattoo History : A Source Book, karya (editor) Stephen G. Gilbert.

Buku yang dikomentari sebagai ‘ A whirlwind tour of tattoo history’ ini boleh jadi merupakan antologi terlengkap tentang tato, yang menghimjpun tulisan para sejarahwan, petualang, penjelajah, antropolog, kriminolog, psikoanalis dan sejumlah wartawan terkemuka, termasuk pemaparan beragam jenis tattoo sejak jaman dulu di Polynesia, Jepang, Amerika pra-Columbus, Eropa abad 19. Termasuk wawancara dengan seniman tato ternama seperti Ed Hardy, Lyle Tuttle, Tricia Allen danh Kazuo Oguri, yang karyanya menghiasi tubuh para selebritis kelas dunia.

Uskup bertato

Kata tato sendiri berasal dari kata Haiti; tattau, yang berarti ‘menandai’. Penjelajah Inggris James Cook diyakini yang membawa kata ini ke Eropa seiring dengan ekspedisi South Pacific (1769 ). Namun para ilmuwan meyakini bahwa orang Mesir dan Numibia lah yang pertama kali mentato tubuhnya. Di tahun 1991, ditemukan sebuah mumi dari Jaman Perunggu ( tahun 3.300 Sebelum Masehi ) dengan beberapa tato menghiasi tubuhnya.

Dari Mesir Kuno, tato menyebar ke Arab, kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara di tahun 2000 Sebelum Masehi. Suku pengembara Ainu kemudian membawa tradisi tato ke Jepang, dan kemudian menyebar lagi ke kawasan Asia lainnya.

George Burchett, seniman tato yang berkarir lebih dari 50 tahun di London, , dalam bukunya Memoirs of a Tattooist ( London: Oldbourne, 1958) , juga mendokumentasikan budaya tato di berbagai penjuru dunia. Burchett berhasil membuktikan bahwa tato juga pantas dimiliki oleh orang terhormat. Di antara kliennya adalah para akitris, dokter, hakim, dan anggota Kerajaan, termasuk Raja George V dan Raja Frederick dari Denmark. Bahkan memoar Buchett menceritakan seorang uskup Inggris yang juga pernah ditato olehnya.

Di tahun 1891, seorang Amerika bernama Samuel O'Reilly mempatenkan mesin tato moderen. Alat yang disebutnya "autographic printer," sebenarnya ditemukan oleh Thomas Edison. Alat ini bekerja menggetarkan jarum ke atas – ke bawah dengan kecepatan beberapa ratus getaran per menit, dan menembus permukaan kulit sekitar satu millimeter, serta mengalirkan tinta ke bagian yang ditato. Alat inilah yang sekarang menjadi andalan para seniman tato, termasuk yang berada di Yogya.

Oh ya, selain Jakarta, Bandung dan Denpasar, Yogya memiliki posisi tersendiri dalam ‘dunia tato’, dengan berbagai komunitas tato yang tumbuh di sana. Yang pertama kali dikenal luas adalah Studio Tato Yogya di kawasan Sosrowijayan, Yogyakarta. Juga Java Tattoo Club,yang dimotori oleh Bob ''Sick'' Yuditha. Dulu kelompok ini punya dua program : Pertama, memasyarakatkan tato melalui aneka lomba. Yang kedua menggulingkan Soeharto. Kelompok ini sempat tidak aktif pada awal 1999. Yang menjadi penggantinya adalah Serikat Tato Gampingan. yang lebih menekankan tato sebagai seni. Akhir tahun lalu, mereka menyelenggarakan ''Gampingan Tato Expo''. Di sini dipamerkan foto berbagai motif tato dari seantero penjuru dunia. Gongnya ditandai oleh peluncuran buku Tato, terbitan Lembaga Penelitian ISI.

Kini tato memang sering identik dengan yang indah-indah, sepeerti yang menghiasi anggota tubuh wanita cantiktadi. Yang jelas, kini para bintang sudah bertato, juga para atlet professional, pengacara, tentara, mahasiswa dan ibu rumah tangga. social Kini, tato lebih merupakan bentuk unggapan sebuah gaya ( a fashion statement) daripada sebagai sebuah stigma sosial. ( Heru Emka ).

Tidak ada komentar: